soft lens
KEISTIMEWAAN SOFTLENS SECARA UMUM
Softlens adalah jenis kontak lens yang paling popular digunakan, terhitung 88% digunakan oleh pemakai lensa. Beberapa factor yang membuatnya menjadi popular adalah harganya yang relative murah, dan pemasangannya yang mudah (easy to fitting), dan waktu adaptasi yang lebih cepat.
KONSEP DASAR FITTING
Tujuan efektif dari fitting softlens adalah untuk mencapai suatu keseimbangan penempatan lensa diatas permukaan bola mata. Kegagalan dalam melakukannya dapat menyebabkan, kerusakan kornea, dan masalah lain yang saling berhubungan. Softlens menggunakan disain semiscleral, menutupi kornea dan permukaan perilimbal scleral.
Dalam pemilihan softlens yang sesuai untuk pasien, petunjuk berikut ini harus diingat:
Lensa harus berada di tengah kornea
Lensa menutupi seluruh kornea
Lensa harus dapat bergerak pada mata
Keratometry reading sangat membantu sebagai titik awal dan berguna sebagai dasar perbandingan. Komputer topograpi kornea menggantikan keratometer dalam fitting kontak lens, karena memberikan informasi yang lebih detil untuk melihat bermacam efek kontak lens didalam mata. Dalam fitting soft lens base curve yang lebih flat lebih baik dari pada base curve yang steep, karena memberikan pergerakan lensa yang cukup. Idealnya soft lens bergerak dengan kedipan kurang lebih 1 hingga 1.5 mm bila memandang ke depan dan 2 mm bila memandang ke atas. Diameter lensa harus dipilih kurang lebih 1.5 hingga 2 mm menutupi bagian sclera.
Fitting lensa yang terlalu ketat dapat menyumbat sisa-sisa metabolisme dan kotoran pada mata sehingga dapat menyebabkan reaksi mata merah akut. Sedangkan lensa yang terlalu flat dapat menyebabkan melipatnya bagian pinggir lensa. Secara klinis kenyamanan adalah indicator terpenting dalam fitting lensa. Lensa yang terlalu longgar kurang nyaman terutama pada saat pemasangan. Lensa yang steep cenderung kurang nyaman setelah dipakai beberapa lama.
Masalah penglihatan yang sering timbul dalam fitting soft lens umumnya adalah:
Fitting lensa terlalu steep: Pasien akan melaporkan penglihatan jelas dengan kedipan dan menjadi buruk sesaat setelah lensa bergeser dari pusat.
Fitting lensa terlalu flat: Pasien akan melaporkan penglihatan kabur setelah berkedip dan cepat berganti jelas kembali. Penglihatan tidak stabil dan lensa tidak nyaman dipakai.
Residual astigmatisme yang disebabkan oleh silinder kornea: Pasien akan melaporkan penglihatan yang kurang jelas.
Cylinder yang tinggi: Pasien dengan cylinder tinggi tidak cukup terkoreksi dengan softlens.
Cylinder yang tidak diinginkan: Pasien yang memiliki cylinder kornea yang tinggi dan bentuk soft lens yang berubah menyebabkan cylinder yang tidak diharapkan.
Lensa menyebabkan kerusakan kornea: Soft lens dapat menyebabkan topograpi kornea berubah untuk pemakaian jangka panjang. Hal ini akan menghasilkan perubahan penglihatan.
Lensa dilapisi oleh kotoran / debris.
PEMILIHAN PARAMETER LENSA UNTUK FITTING
Ada 3 prinsip parameter dalam fitting soft lens agar dicapai kenyamanan dalam pemakaian.
1.Total diameter
2.Back optic zone radius (BOZR)
3.Back vertex power
Dalam praktek total diameter lensa yang digunakan umumnya 2 mm lebih besar dari diameter iris (Horizontal Visible Iris Diameter/ HVID) berkisar antara 14 hingga 14.5 mm. Jadi bila seseorang memiliki diameter iris 12 mm maka diameter lensa yang digunakan adalah 12 mm + 2 mm, yaitu 14 mm.
BOZR yang biasanya dipilih adalah 0.6 hingga 0.8 lebih flat dari nilai rata-rata kelengkungan kornea yang diukur dengan keratometer. Jika BOZR terlalu flat maka centrasi lensa pada kornea akan buruk,jika lensa terlalu steep, lensa tidak akan nyaman dipakai.
Contoh: hasil K reading 7.65 mm, maka basecurve yang digunakan adalah
7.65 mm + 0.6 mm = 8.2 mm
Karena softlens relative tipis dan nyaman dipakai menempel dimata maka beberapa merek softlens hanya menyediakan satu atau dua base curve, umumnya adalah 8.6 mm atau 8.4 mm.
Back vertex power (BVP), diperhitungkan dari hasil koreksi kacamata. Ini dilakukan untuk ukuran koreksi yang lebih besar dari 4.00 D. Adapun rumus untuk BVP adalah:
F = Fv / (l – d.Fv),
F = Back vertek power dari kontak lens (D)
Fv = Back vertex power kacamata (D)
D = vertex distance (dalam meter).
Contoh :
Ukuran kacamata -8.00 D dgn jarak vertex 12 mm. Maka ukuran akan menjadi :
F = -8.00 = -7.33 D
1-(0.012) (-8.00)
EVALUASI FITTING SOFTLENS
Sentrasi adalah masalah yang penting dalam fitting softlens. Fitting yang baik adalah bila softlens menutup rata pada semua meridian sclera. Jika terjadi desentrasi maka lensa harus kembali dalam satu detik. Pergerakan lensa diukur sebagai perubahan posisi vertical lensa sebelum dan sesudah kedipan normal. (gambar 10.3A dan B). Secara klinis penilaian fitting menurut pengamatan Young (gambar 10.4)
Pergerakan yang kurang bila lensa bergerak <> 1.0 mm.
Fitting yang baik adalah bila lensa bergerak sekitar 0.3 mm.
Mires keratometer dapat digunakan untuk memeriksa bagian depan permukaan soft lens untuk mendeteksi adanya distorsi pada lensa. Mires yang terlihat tidak beraturan menggambarkan adanya ketidaknormalan pada fitting lensa. Keeler Tearcsope juga dapat digunakan untuk memastikan cukup basah tidaknya soft lens diantara kedipan (Gambar 10.5A dan B)
.
LAPISAN AIR MATA DAN EFEK KEDIPAN PADA FITTING
Pergerakan lensa merupakan pengaruh dari adanya interaksi antara lensa dan kelopak mata atas melalui lapisan air mata. Cairan air mata diatas dan dibawah lensa dapat saling mempengaruhi melalui sifat peresapan materi softlens, yang dikenal sebagai water flow conductifity. Jika sebuah softlens kekurangan water flow conductivity maka lensa tersebut akan menjadi kering dimata.
Pertukaran air mata dan lapisan air mata diatas lensa dapat dievaluasi secara klinis menggunakan penyinaran dengan biomicroscope. Pembesaran yang tinggi (30x atau lebih) sudut pengamatan yang luas (>60˚), celah penyinaran yang sempit (0.1 mm).
FREKWENSI PERGANTIAN
Biasanya softlens diganti dalam jangka waktu satu tahun. Namun beberapa pasien ada yang menunda penggantian lensa lebih lama, sehingga mengakibatkan lensa menjadi kotor oleh deposit kotoran pada lensa..
Di Amerika mayoritas pengguna softlens menggunakan disposable lensa yang diganti tiap 1 hingga 2 minggu. Sedangkan di Eropa lebih sering menggunakan lensa disposable 1 bulan.. Lensa disposable (sekali pakai) lebih nyaman dipakai karena lebih bersih dan memiliki nilai rendah sebagai penyebab komplikasi. Lensa disposable juga membantu bagi pemakai yang alergi dan bagi mereka yang memakai softlens hanya sewaktu-waktu dan untuk keperluan khusus.
KOMPLIKASI SOFTLENS
Komplikasi timbul dari masalah – masalah yang khusus. Komplikasi ini merupakan akibat dari masalah pemakaian dan perawatan lensa. Radang mata yang mengakibatkan mata merah / Contact Lens Associated Red Eye (CLARE), hypoxia yang disebabkan lensa terlalu ketat, dan keratitis, peripheral neovaskularisasi. Superficial Punctate Keratitis (SPK) dapat timbul karena lensa yang lebih besar.
Karena softlens relative stabil dan sedikit bergerak dalam penglihatan lurus, gerakan kelopak mata yang konstan dan berulang – ulang pada lensa dapat menyebabkan kerusakan akibat tekanan pada lensa.
Softlens terbuat dari bahan inorganic dan tidak menyebabkan respon alergi. Meskipun demikian produk perawatannya dapat menyebabkan alergi, seperti thimerosal yang sering menyebabkan mata merah pada pemakai yang alergi.. Reaksi yang ditunjukkan biasanya adalah gatal.
PERAWATAN SOFTLENS
Saat ini larutan pembersih softlens lebih nyaman mudah digunakan. Larutan surfactant dan enzymatic cleaner sangat berguna untuk membersihkan softlens bagi pemakai yang memiliki alergi. Penggosokan dengan tangan pada permukaan softlens juga sangat penting meskipun saat ini banyak produk mencantumkan “ no – rub just rinse”.
Ketidakpatuhan pasien juga sangat penting dalam perawatan softlens. Berbagai studi telah membuktikan bahwa ada ikatan antara ketidak patuhan pasien dalam mengikuti petunjuk perawatan softlens dengan pertumbuhan microba yang dapat menyebabkan keratitis.
Softlens adalah jenis kontak lens yang paling popular digunakan, terhitung 88% digunakan oleh pemakai lensa. Beberapa factor yang membuatnya menjadi popular adalah harganya yang relative murah, dan pemasangannya yang mudah (easy to fitting), dan waktu adaptasi yang lebih cepat.
KONSEP DASAR FITTING
Tujuan efektif dari fitting softlens adalah untuk mencapai suatu keseimbangan penempatan lensa diatas permukaan bola mata. Kegagalan dalam melakukannya dapat menyebabkan, kerusakan kornea, dan masalah lain yang saling berhubungan. Softlens menggunakan disain semiscleral, menutupi kornea dan permukaan perilimbal scleral.
Dalam pemilihan softlens yang sesuai untuk pasien, petunjuk berikut ini harus diingat:
Lensa harus berada di tengah kornea
Lensa menutupi seluruh kornea
Lensa harus dapat bergerak pada mata
Keratometry reading sangat membantu sebagai titik awal dan berguna sebagai dasar perbandingan. Komputer topograpi kornea menggantikan keratometer dalam fitting kontak lens, karena memberikan informasi yang lebih detil untuk melihat bermacam efek kontak lens didalam mata. Dalam fitting soft lens base curve yang lebih flat lebih baik dari pada base curve yang steep, karena memberikan pergerakan lensa yang cukup. Idealnya soft lens bergerak dengan kedipan kurang lebih 1 hingga 1.5 mm bila memandang ke depan dan 2 mm bila memandang ke atas. Diameter lensa harus dipilih kurang lebih 1.5 hingga 2 mm menutupi bagian sclera.
Fitting lensa yang terlalu ketat dapat menyumbat sisa-sisa metabolisme dan kotoran pada mata sehingga dapat menyebabkan reaksi mata merah akut. Sedangkan lensa yang terlalu flat dapat menyebabkan melipatnya bagian pinggir lensa. Secara klinis kenyamanan adalah indicator terpenting dalam fitting lensa. Lensa yang terlalu longgar kurang nyaman terutama pada saat pemasangan. Lensa yang steep cenderung kurang nyaman setelah dipakai beberapa lama.
Masalah penglihatan yang sering timbul dalam fitting soft lens umumnya adalah:
Fitting lensa terlalu steep: Pasien akan melaporkan penglihatan jelas dengan kedipan dan menjadi buruk sesaat setelah lensa bergeser dari pusat.
Fitting lensa terlalu flat: Pasien akan melaporkan penglihatan kabur setelah berkedip dan cepat berganti jelas kembali. Penglihatan tidak stabil dan lensa tidak nyaman dipakai.
Residual astigmatisme yang disebabkan oleh silinder kornea: Pasien akan melaporkan penglihatan yang kurang jelas.
Cylinder yang tinggi: Pasien dengan cylinder tinggi tidak cukup terkoreksi dengan softlens.
Cylinder yang tidak diinginkan: Pasien yang memiliki cylinder kornea yang tinggi dan bentuk soft lens yang berubah menyebabkan cylinder yang tidak diharapkan.
Lensa menyebabkan kerusakan kornea: Soft lens dapat menyebabkan topograpi kornea berubah untuk pemakaian jangka panjang. Hal ini akan menghasilkan perubahan penglihatan.
Lensa dilapisi oleh kotoran / debris.
PEMILIHAN PARAMETER LENSA UNTUK FITTING
Ada 3 prinsip parameter dalam fitting soft lens agar dicapai kenyamanan dalam pemakaian.
1.Total diameter
2.Back optic zone radius (BOZR)
3.Back vertex power
Dalam praktek total diameter lensa yang digunakan umumnya 2 mm lebih besar dari diameter iris (Horizontal Visible Iris Diameter/ HVID) berkisar antara 14 hingga 14.5 mm. Jadi bila seseorang memiliki diameter iris 12 mm maka diameter lensa yang digunakan adalah 12 mm + 2 mm, yaitu 14 mm.
BOZR yang biasanya dipilih adalah 0.6 hingga 0.8 lebih flat dari nilai rata-rata kelengkungan kornea yang diukur dengan keratometer. Jika BOZR terlalu flat maka centrasi lensa pada kornea akan buruk,jika lensa terlalu steep, lensa tidak akan nyaman dipakai.
Contoh: hasil K reading 7.65 mm, maka basecurve yang digunakan adalah
7.65 mm + 0.6 mm = 8.2 mm
Karena softlens relative tipis dan nyaman dipakai menempel dimata maka beberapa merek softlens hanya menyediakan satu atau dua base curve, umumnya adalah 8.6 mm atau 8.4 mm.
Back vertex power (BVP), diperhitungkan dari hasil koreksi kacamata. Ini dilakukan untuk ukuran koreksi yang lebih besar dari 4.00 D. Adapun rumus untuk BVP adalah:
F = Fv / (l – d.Fv),
F = Back vertek power dari kontak lens (D)
Fv = Back vertex power kacamata (D)
D = vertex distance (dalam meter).
Contoh :
Ukuran kacamata -8.00 D dgn jarak vertex 12 mm. Maka ukuran akan menjadi :
F = -8.00 = -7.33 D
1-(0.012) (-8.00)
EVALUASI FITTING SOFTLENS
Sentrasi adalah masalah yang penting dalam fitting softlens. Fitting yang baik adalah bila softlens menutup rata pada semua meridian sclera. Jika terjadi desentrasi maka lensa harus kembali dalam satu detik. Pergerakan lensa diukur sebagai perubahan posisi vertical lensa sebelum dan sesudah kedipan normal. (gambar 10.3A dan B). Secara klinis penilaian fitting menurut pengamatan Young (gambar 10.4)
Pergerakan yang kurang bila lensa bergerak <> 1.0 mm.
Fitting yang baik adalah bila lensa bergerak sekitar 0.3 mm.
Mires keratometer dapat digunakan untuk memeriksa bagian depan permukaan soft lens untuk mendeteksi adanya distorsi pada lensa. Mires yang terlihat tidak beraturan menggambarkan adanya ketidaknormalan pada fitting lensa. Keeler Tearcsope juga dapat digunakan untuk memastikan cukup basah tidaknya soft lens diantara kedipan (Gambar 10.5A dan B)
.
LAPISAN AIR MATA DAN EFEK KEDIPAN PADA FITTING
Pergerakan lensa merupakan pengaruh dari adanya interaksi antara lensa dan kelopak mata atas melalui lapisan air mata. Cairan air mata diatas dan dibawah lensa dapat saling mempengaruhi melalui sifat peresapan materi softlens, yang dikenal sebagai water flow conductifity. Jika sebuah softlens kekurangan water flow conductivity maka lensa tersebut akan menjadi kering dimata.
Pertukaran air mata dan lapisan air mata diatas lensa dapat dievaluasi secara klinis menggunakan penyinaran dengan biomicroscope. Pembesaran yang tinggi (30x atau lebih) sudut pengamatan yang luas (>60˚), celah penyinaran yang sempit (0.1 mm).
FREKWENSI PERGANTIAN
Biasanya softlens diganti dalam jangka waktu satu tahun. Namun beberapa pasien ada yang menunda penggantian lensa lebih lama, sehingga mengakibatkan lensa menjadi kotor oleh deposit kotoran pada lensa..
Di Amerika mayoritas pengguna softlens menggunakan disposable lensa yang diganti tiap 1 hingga 2 minggu. Sedangkan di Eropa lebih sering menggunakan lensa disposable 1 bulan.. Lensa disposable (sekali pakai) lebih nyaman dipakai karena lebih bersih dan memiliki nilai rendah sebagai penyebab komplikasi. Lensa disposable juga membantu bagi pemakai yang alergi dan bagi mereka yang memakai softlens hanya sewaktu-waktu dan untuk keperluan khusus.
KOMPLIKASI SOFTLENS
Komplikasi timbul dari masalah – masalah yang khusus. Komplikasi ini merupakan akibat dari masalah pemakaian dan perawatan lensa. Radang mata yang mengakibatkan mata merah / Contact Lens Associated Red Eye (CLARE), hypoxia yang disebabkan lensa terlalu ketat, dan keratitis, peripheral neovaskularisasi. Superficial Punctate Keratitis (SPK) dapat timbul karena lensa yang lebih besar.
Karena softlens relative stabil dan sedikit bergerak dalam penglihatan lurus, gerakan kelopak mata yang konstan dan berulang – ulang pada lensa dapat menyebabkan kerusakan akibat tekanan pada lensa.
Softlens terbuat dari bahan inorganic dan tidak menyebabkan respon alergi. Meskipun demikian produk perawatannya dapat menyebabkan alergi, seperti thimerosal yang sering menyebabkan mata merah pada pemakai yang alergi.. Reaksi yang ditunjukkan biasanya adalah gatal.
PERAWATAN SOFTLENS
Saat ini larutan pembersih softlens lebih nyaman mudah digunakan. Larutan surfactant dan enzymatic cleaner sangat berguna untuk membersihkan softlens bagi pemakai yang memiliki alergi. Penggosokan dengan tangan pada permukaan softlens juga sangat penting meskipun saat ini banyak produk mencantumkan “ no – rub just rinse”.
Ketidakpatuhan pasien juga sangat penting dalam perawatan softlens. Berbagai studi telah membuktikan bahwa ada ikatan antara ketidak patuhan pasien dalam mengikuti petunjuk perawatan softlens dengan pertumbuhan microba yang dapat menyebabkan keratitis.